Jumat, 10 April 2015

Sejarah Batik Ciamis

sejarah batik ciamis

Batik mulai dikenal di daerah Ciamis setelah perang Diponegoro berakhir yaitu sekitar abad ke- 19.Pada saat itu, banyak pengikut Pangeran Diponegoro yang pindah meninggalkan Yogyakarta dan menuju ke selatan.

Ciamis merupakan salah satu kota yang mereka tuju. Di sini mereka menetap dan mereka yang ahli membatik pun mulai menggiatkan lagi pembatikan sebagai pekerjaan sehari-hari. Inilah yang menyebabkan mengapa motif batik Ciamis mengandung unsur campuran motif dari daerah asal mereka, Jawa Tengah, yang kemudian beradaptasi dengan motif setempat.

Motif batik khas Ciamis ini dikenal dengan batik Sarian. Motifnya pada umumnya berbentuk parang dengan warna yang dominan hitam dan coklat.

Kekhasan batik Ciamis adalah desainnya yang sederhana dan tidak rumit dengan warnanya yang kontras seperti coklat dan hitam di atas dasar putih. Ragam hias batik Ciamis umumnya bernuansa naturalistik, banyak menggambarkan flora dan fauna serta lingkungan alam sekitar. Kesederhanaan corak batik Ciamis tidak lepas dari sejarah keberadaannya yang banyak dipengaruhi daerah lain seperti ragam hias pesisiran dari Indramayu dan Cirebon.

Ciamis memiliki tradisi turun-temurun dalam sejarah kerajinan batik. Ada yang menyebutnya sudah ada sejak Kerajaan Galuh berjaya, sejak beberapa abad silam. Kota ini memiliki corak batik yang khas yang berbeda dengan daerah lainnya. Sumber lain menyebutkan, batik mulai dikenal di daerah Ciamis pasca perang

Diponegoro pada abad ke- 19. Pada saat itu, banyak pengikut Pangeran Diponegoro yang meninggalkan Yogyakarta dan menuju ke barat, Ciamis merupakan salah satu kota yang dituju. Di Ciamis, para pendatang tersebut mulai menetap dan mereka yang ahli batik pun mulai menggiatkan lagi pembatikan sebagai pekerjaan sehari-hari.

Awal abad ke-20 pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Masa keemasan batik Ciamis berlangsung pada era tahun 1960-an hingga awal 1980-an. Batik Ciamis mampu bersaing diantara dominasi tradisi batik Solo, Yogyakarta, maupun Pekalongan. Namun, sejak tahun 80-an keberadaan batik Ciamis mengalami kemunduran karena berbagai dampak perubahan ekonomi yang tidak menguntungkan para pengrajin batik di Ciamis.

Terlebih setelah terjadi letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 yang menyebabkan matahari nyaris tak terlihat selama setahun lantaran debu vulkanik yang tak hentinya menyembur. Para perajin tak bisa menjemur hasil batik produksinya karena tidak adanya cahaya matahari. Puncaknya terjadi saat krisis moneter pada tahun 1997 yang menghentikan hampir seluruh kegiatan membatik di Ciamis.


Sejarah Batik Ciamis,Batik Ciamis,Batik Indonesia



Sejarah Batik Ciamis

#BatikCiamis, #BatikIndonesia, #SejarahBatikCiamis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar